Awal tahun ini diawali dengan panen banjir di sejumlah daerah pulau Jawa. Kenapa bisa begitu? Mari kita tilik apa penyebab banjir massal ini. Banjir yang terjadi di Solo, di Jakarta dan pantai-pantai itu berbeda mekanisme dan penyebabnya. Penanganannyapun tidak digebyah uyah semua sama. Kalau setiap ada banjir trus yang disalahin pembuangan sampah mungkin hanya berlaku untuk daerah-daerah tertentu. Tapi jelas kalau banjir di Solo bukan karena sekedar pembuangan sampah, walaupun meninggalkan sampah yang menggunung.
Banjir Jakarta
Hampir setiap awal tahun di Jakarta akan mengalami banjir, hal ini disebabkan oleh curah hujan tinggi dimana air sudah tidak mampu lagi dilewatkan oleh saluran-saluran air yang ada.
Banjir di Jakarta sangat mungkin disebabkan oleh aliran air permukaan (runoff). Daya serap tanah sudah pasti tidak akan mampu lagi menyerap air hujan lebat. Kemampuan saluran yang ada baik got, sungai maupun Saluran Banjir kanal tidak mampu menahan banjir bila hujan sangat deras. Penyebab tambahan adalah akibat kiriman dari Bogor memang ada tetapi sangat tidak dominan. Kalau memang daya serap air serta kemugkinan banjir kiriman, maka yang perlu dilakukan adalah memperbaiki saluran air lingkungan. Termasuk didalamnya Banjir Kanal Barat (BKB) dan Banjir Kanal Timur (BKT). Tetapi seperti yang dituliskan dalam tulisan sebelumnya bahwa apabila curah hujan sama seperti awal tahun 2007 kemarin, bahwa walaupun ada BKB dan BKT hanya mengurangi efek banjir, tetapi tidak mampu menghilangkan banjir di Jakarta.
Banjir Bengawan Solo dan Jawa Timur
Banjir Bengawan Solo hingga Jawa Timur ini kalau dirunut jelas disebabkan oleh ketidak-mampuan Bendungan Gajahmungkur untuk menampung air hujan yang sangat ekstrim tinggi selama beberapa hari. Perlu diingat bahwa curah hujan kemarin itu tidak hanya “menyerang” hulu Sungai Bengawan Solo saja tetapi juga sepanjang aliran anak-anak sungai Bengawan Solo.
Jebolnya tanggul-tanggul di sekitar Solo Baru jelas menunjukkan adanya keteledoran dalam perawatan tanggul selama ini. Tanpa mengurangi bagaimana susahnya Departemen PU mengelola, tetapi bisa disebut bahwa keteledoran ini mungkin juga karena krisis ekonomi. Krisis ekonomi sejak beberapa tahun lalu dapat menyebabkan prioritas perawatan DAS Bengawan Solo terabaikan. Ini bisa saja dianggap Dept PU telah kecolongan dalam hal ini.
Kalau untuk menangani banjir sungai Bengawan Solo salah satu yang mestinya dilakukan bukan sekedar memperbaiki tanggul saja, tetapi harus dikerjakan secara terpadu sejak dari hulu yaitu mulai Bendungan Gajahmungkur, sepanjang aliran sungai Bengawan Solo, termasuk anak-anak sungainya hingga muaranya di Ujung Pangkah, Gresik.
DAS Solo dan Brantas
Seandainya hujan yang terjadi beberapa minggu lalu itu merupakan awal musim hujan, maka masih perlu diantisipasi banjir-banjir yang mungkin akan terjadi lagi. Selain DAS (Daerah Aliran Sungai) Bengawan Solo, di Jawa Timur ini ada DAS besar lain yaitu DAS Brantas yang letaknya bedampingan. Sungai Brantas bermuara di dua tempat yaitu di Surabaya dan Porong. Kedua DAS ini sangat berpotensi banjir yang akan akan menelan korban maupun kerugian akibat curah hujan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena sepanjang sungai ini sudah banyak sekali dimanfaatkan sebagai pemukiman yang padat.
Sungai Brantas yang bercabang ini salah satunya mengalir ke utara ke Surabaya. Dengan adanya bendungan pengatur di Mojokerto maka banjir sungai Brantas ke arah Surabaya yang lebih padat pemukiman dapat dihindarkan. Ada yang perlu diperhatikan saat ini karena adanya gelontoran Lumpur Lapindo di Sidoarjo yang dialirkan ke Kali Porong, tentu saja kapasitas aliran Sungai Porong harus dijaga jangan sampai kemampuannya mengalirkan air jauh menurun. Karena kalau terjadi aliran air cukup deras dari hulu Sungai Brantas yang ujungnya hingga di Malang ini kan sulit dikendalikan lagi.
Banjir Pantai Selatan dan Pantai Utara
Banjir di beberapa lokasi di sepanjang pantai-pantai Sumatra dan Jawa yang terjadi bersamaan bulannya dengan banjir di Bengawan Solo merupakan banjir yang berbeda. Banjir pantai ini diperkirakan karena adanya gelombang pasang naik.
Ketinggian air banjir di pantai-pantai ini berkisar antara 3-5 meter. Banjir air laut ini arahnya tidak seperti banjir sungai, air laut justru yang bergerak kedaratan. Tentunya kecepatannya bisa saja cukup deras terutama bila bentuk pantainya seperti corong yang mengumpulkan air secara cepat ketika air pasang sedang meninggi.
Banjir pasang ini akan selalu berulang pada saat perigee (posisi bulan terdekat dengan bumi). Dengan demikian kapan akan hadirnya pasang naik ini semestinya dapat diprediksi dengan lebih mudah. Namun kalau waktu-waktu ini bersamaan dengan musim penghujan, maka problem yang dihadapi juga akan semakin kompleks seperti banjir di Jakarta awal tahun 2007 lalu.
Untuk tahun 2008 kemungkinan perigee akan terjadi pada tanggal-tanggal dibawah ini :
* 19–22 Januari 2008
* 8–11 Maret 2008
* 6–8 April 2008
* 5–6 Mei 2008
* 3–4 Juni 2008
* 2–3 Juli 2008
* 15–17 Oktober 2008
* 13–14 November 2008
* 12–13 Desember 2008
Tidak mudah mengatasi banjir pasang ini karena yang diperlukan adalah barrier (tanggul yang cukup lebar untuk mencegah air laut masuk kedaratan. Tanggul yang diperlukan sepanjang pantai ini selain menahan gelombang pasang juga pada saat-saat tertentu juga menahan gelombang-gelombang pantai. Selain diperlukan tanggul juga diperlukan pemecah ombak atau wave-breaker.
Diedit seperlunya dari http://rovicky.wordpress.com
Sumber :
Rovicky Putrohari
http://netsains.com/2008/01/kenapa-awal-tahun-ini-kita-panen-banjir/
21 Januari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar